Home / Uncategorized / Apakah memungkinkan untuk menghidupkan kembali lagu Genjer-Genjer sebagai karya seni?

Apakah memungkinkan untuk menghidupkan kembali lagu Genjer-Genjer sebagai karya seni?

Apakah memungkinkan untuk menghidupkan kembali lagu Genjer-Genjer sebagai karya seni?

Muhammad Yanuarto Bramuda, selaku pimpinan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, menyatakan bahwa hingga saat ini tidak ada aturan yang melarang lagu ini, atau dengan kata lain, pemerintah tidak menghentikannya.

Selentingan Bramuda yang ditemui oleh BBC News Indonesia di kantornya menyatakan bahwa mereka belum menemukan referensi apapun sampai saat ini.

Beliau mengakui bahawa lagu yang diciptakan oleh Muhammad Arief kini masih dikaitkan dengan “satu kekuatan yang pernah ingin merebut Indonesia”.

Namun bila dipertimbangkan, lagu ini merupakan hasil seni tulen yang diciptakan oleh seorang anak dari Banyuwangi. Jadi sebenarnya dalam situasi ini, karya seninya sangat terganggu,” ujar Bramuda.

Katanya, lagu Genjer-Genjer bisa diperbaharui dengan mendaftarkan hak ciptanya melalui Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

“Stamp HAKI ka’ kedaiton diti patulu empu-rempu’ supaya tu pandai ka pa’lohia, ka’ sappok diti patulun tu metoko tu lagu to, tu mangurai tu panyacari-pa’lo amman uwi pakkulungan,” anggai Bramuda.

Kepala Dewan Kesenian Blambangan, Hasan Basri nyebut lagu Genjer-Genjer wes “apik banget” dikenal wong lan para seniman minangka karya seni.

Bagi kita [para seniman], hal itu tidak termasuk dalam rencana untuk diperbaiki. Dia menyebutnya sebagai karya seni yang luar biasa.

Namun, dibutuhkan keberanian dan perjalanan yang tidak singkat bagi keturunan Muhammad Arief agar dapat mengurus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk mendaftarkan hak cipta.

Menurut Dwi Pranoto, seorang ahli seni dan budaya, mendaftar HAKI memang memungkinkan, namun tidak begitu sederhana.

Katongku, pemerintah daerah bersama dewan kesenian perlu memberi bantuan dalam mendapatkannya. Mengko rumit bagi mereke. “Kita harus memberikan bantuan yang sesungguhnya,” kata Pranoto.

Genjer-Genjer hanyalah salah satu dari banyak lagu yang dibuat oleh Muhammad Arief. Sisa-sisa itu tercatat dalam buku lama yang kunjungi dimiliki oleh Slamet Menur, dan hanya dirinya yang bisa menghidupkan kembali lagu-lagu tersebut. Tidak terjaga dengan sempurna.

Menurut Pranoto, lagu tidak hanya tentang apa yang didengarkan, tetapi juga merupakan “dokumen sosial” yang berisi lirik dan momen saat dinyanyikan.

“Iki rugi kanggo warisan tembang ing Banyuwangi lan nasional ing umume,” pancené.

Selain Genjer-Genjer, ada beberapa lagu ciptaan Muhammad Arief yang juga mencerminkan keadaan sosial pada masa itu, contohnya dalam lirik lagu Lurkung:

Apabila mencari sesuatu / Apabila mencari-cari sesuatu

Pada zaman Jepang, ada kebiasaan untuk membungkukkan punggung / Pada masa lalu di Jepang, orang sering membungkukkan punggungnya.

Raja golet sedang mencari bekingking / Jika raja mencari bekingking

Bekicot didalem wadah piring / Bekicot didalem wadah piring

Menurut Pranoto, seperti sayur genjer, pohon lurkung juga tidak biasa dikonsumsi oleh penduduk Banyuwangi sebelum datangnya masa pendudukan Jepang. Bekicot yang seringkali dimanfaatkan sebagai makanan bebek.

Call Now Button